Pengalaman Menjadi Operator Sekolah - RUSMAN

Breaking

SI ANAK PETANI


Tuesday 6 May 2014

Pengalaman Menjadi Operator Sekolah

Menjadi Operator Sekolah
Pengalaman menjadi operator sekolah ini saya peroleh meski saya bukan PNS (Peagawai Negeri  Sipil) di sekolah tersebut. Saya diminta tolong oleh seorang kepala SDN 112 Burecenge  untuk menjadi Guru dan operator dikarenakan tidak adanya tenaga operator serta keterbatasan kemampuan TIK kepala sekolah serta guru yang ada.
Kebutuhan seorang operator sekolah dikarenakan mulai tahun 2013 pendataan tenaga pendidik dilakukan online dengan sebuah aplikasi, tidak lagi melakukan pemberkasan seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. Tugas operator dapodik sekolah adalah menginput data ke aplikasi pendataan sekolah kemudian dikirim ke server pusat Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.
Sekilas tugas ini terlihat sederhana, hanya mengisi data ke aplikasi yang ada dan kirim ke pusat data lewat internet. Saya pun menyanggupi, karena selama ini saya yang membuat dan mengelola website resmi SDN112BURECENGE
Nopember 2012 lalu, Kepala Sekolah menyerahkan sebuah CD yang berisi software aplikasi pendataan sekolah yang didapat dari sosialisasi Pengisian Aplikasi Pendataan Tenaga Pendidik, oleh Diknas Pamekasan. Namun sosialisasi yang dihadiri kepsek Burecenge itu tidak memberi rincian yang jelas tentang aplikasi tersebut. Saya pun lantas mempelajarinya dan mencari informasi tentang Dapodik di internet.
Setelah mempelajari juknis pendataan, agar pekerjaan berjalan sempurna, saya membuat proposal pengajuan dana BOS untuk TIK, mengingat akses internet merupakan faktor penting dalam proses pendataan online. Selain itu, koneksi internet sulit diakses di lokasi sekolah. Setelah disetujui, maka saya pun mulai melakukan langkah-langkah sesuai juknis.

Pengalaman Menjadi Operator Sekolah

Ternyata, kendala yang muncul adalah sulitnya mendapatkan data, terutama untuk peserta didik. Lokasi daerah pedesaan yang masih belum sadar birokrasi menjadi kendala. Identitas siswa didik sulit didapat seperti tanggal kelahiran, NIK, dsb. Perlu perjuangan guru kelas untuk mengisi formulir pedataan peserta didik. Jika dibagikan langsung ke siswa untuk diisi di rumah, kemungkinan besar formulir akan hilang.
Untuk PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) sendiri, kadang kurang serius mengisi formulir data yang ada. Banyak isian yang kosong, sehingga menghambat proses input data. Berbagai alasan yang diungkapkan, mulai dari lupa sampai tidak tahu, tanpa ada tindak lanjut. Sepertinya tidak mendukung Dapodik.
Tugas operator sekolah hanya terbatas menginput data, namun jika data tidak lengkap terkadang sistem aplikasi tidak mau berjalan (invalid). Hal ini yang merepotkan, jika direkayasa saya tidak berani melakukan. Beberapa kali formulir saya kembalikan untuk dilengkapi, atau saya telepon yang bersangkutan bila data kurang lengkap. Dan saya pun memperingatkan pentingnya Dapodik sesuai Juknis kepada kepala sekolah dan PTK lainnya.
Nah, pada bulan Mei  ini, Tunjangan Profesi Guru bersertifikasi diumumkan. Berbeda dengan waktu sebelumnya, TPG berdasarkan dapodik yang telah  dibuat teman. Apa hasilnya? Dari 5 PTK yang telah bersertifikasi hanya mendapat 4 orang yang mendapat SK, sedangkan  orang belum memenuhi syarat, termasuk kepala sekolah.
Sasaran awal bagi yang belum menerima SK adalah kepada saya sebagai operator sekolah. Saya pun menjawab bahwa data telah saya update sesuai formulir yang ada. Jika sudah begini, siapa yang salah? Semua data saya print sebagai bukti bahwa saya telah mengerjakan dengan benar.

Terlebih, ada sekolah semua PTK tidak memenuhi syarat, padahal sekolah tersebut ada Guru TIK dan banyak guru berprestasi. Kepala sekolah pun dibuat tanda tanya, kenapa? Dan seluruh Indonesia pun banyak mengalami hal sama, banyak keluhan...
Berhubung saya sudah biasa mengelola blog (meski nggak profesional) saya menganalisa, jika data yang di input telah benar, bisa jadi sistem yang tidak berjalan dengan sempurna. Terkadang bila kita meng-upload data, bisa jadi data yang dikirim tidak sempurna dikarenakan server bermasalah, lambat, dsb. Bisa juga koneksi internet yang tidak stabil. Celakanya, jika data yang tidak sempurna tersebut dijadikan dasar untuk TPG, maka bisa saja tidak memenuhi syarat.

No comments:

Post a Comment