KARYA TULIS ILMIAH
PEMBINAAN ANAK SEJAK DINI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI TAMAN
KANAK-KANAK
NAMA :
GUSNAINI, S.Pd
NIP :
19780817 200701 2 022
NAMA SEKOLAH : TK
PKK NUR AMELYA
KABUPATEN :
SOPPENG
PROVINSI :
SULAWESI - SELATAN
TAHUN 2014
MOTTO
“ Bersama Kesulitan akan
ada Kemudahan, Setelah
cucuran air mata Akan
terbit sebuah senyuman “
Karya tulis ini
kupersembahkan kepada kedua orang tua tercinta yang telah mendidik membesarkan
dan mendoakanku sebagai tanda bakti dan penghargaanku kepada mereka
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak diseluruh dunia ini terlahir untuk menjadi generasi penerus
bangsa. Mereka akan tampil menggantikan generasi yang lalu dengan berbagai
macam sejarah.
Agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab kemajuan bangsa yang
akan datang, maka anak-anak (tanpa kecuali) harus mendapatkan perhatian dan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang pada anak usia dini
danharus merupakan tekad yang ditunjukkan oleh keluarga, masyarakat secara
bersama-sama dengan upaya pembinaan anak sejak dini dalam persiapan masuk
sekolah dasar.
Menurut UUD No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :“pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pembinaan anak sejak dini amatlah penting sebagai landasan dan
bekal dimasa yang akan datang. Masa anak usia dini merupakan “periode
keemasan atau golden age”. Pada masa tersebut terjadi pembentukan dasar-dasar
sikap dan perilaku serta perkembangan berbagai dimensi kecerdasan (intelektual,
emosiona sosial,spiritual, kenestetik dan seniyangintensif. Periode keemasan tersebut hanya
berlangsung satu kali disepanjang rentang kehidupan manusia. Jika potensi-potensi dasar tersebut
kurang memperoleh berbagai rangsangan, maka tidak mustahil kelak potensi
anak-anak tenggelam atau tidak berfungsi sama sekali ketika ia
tumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi dewasa.
Untuk itu perlu adanya pola pengembangan pembinaan anak usia dini
sehingga anak tersebut mendapat pengasuhan lebih baik dari
keluarganya. Peranan orang tua dan keluarga dalam pembinaan anak usia dini
merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama dalam hal ini lebih dominan
sosok ibunya. Upaya mempersiapkan anak usia dini sebagai penerus bangsa dan
pemerintah tidak akan efektif jika tidak melibatkan potensi masyarakat dan
keluarga.
Pentingnya pembinaan anak sejak dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggara pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah
pertumbuhan dan per-kembangan fisik (motorik halus dan motorik
kasar), kecerdasan (daya fakir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), social emosional (sikap dan perilaku serta agama) sehingga dengan
demikian pembinaan anak sejak dini dapat memperbaiki prestasi belajar serta
dapat meningkatkan hasil belajar anak dan meningkatkan produktifitas kerja dan
penghasilan di masa depan.
Sesuai dengan uraian diatas maka penulis memaparkan permasalahan
tersebut dalam suatu karya tulis "Pembinaan Anak Sejak Dini dalam
Meningkatkan Hasil Belajar di TK."
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka ada beberapa masalah pokok yang
akan dibahas dalam karya tulis ini sebagai berikut :
1.
Bagaimana
konsep pembinaan anak sejak dini?
2.
Bagaimana
peranan keluarga dalam pembinaan anak sejak usia dini ?
3.
Bagaimana
pentingnya pembinaan anak sejak dini dalam meningkatkan hasil belajar anak TK?
C. Tujuan
Penulisan.
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan karya
tulis ini adalah :
1.
Mengetahui
konsep pembinaan anak sejak dini.
2.
Mengetahui
peranan keluarga dalam pembinaan anak sejak dini.
3.
Mengetahui
pentingnya pembinaan anak sejak dini dalam meningkatkan hasil belajar anak TK.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Pembinaan Anak Sejak Dini
1. Pengertian
Pembinaan Anak Sejak Dini.
Usia dini merupakan masa dimana anak belum memasuki pendidikan
formal. Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi
dan kecerdasan anak. Pengembangan potensial anak secara terarah pada rentang
usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya
pengembangan yang asal-asalan akan berakibat tumpulnya potensi anak yang
sebenamya. Pada usia-usia tersebut peluang anak menyerap berbagai pengetahuan
jauh lebih besar karena belum terkontaminasi oieh beibagai madam pengetahuan
lain.
Anak pada masa ini berada pada proses perkembangan yang sangat
pesat. Dan tidak diragukan lagi bahwa pengalaman yang didapat anak pada masa
ini merupakan landasan bagi bentuk kepribadian anak pada masa yang akan datang.
Usia dini merupakan tahun-tahun kritis bagi anak mempunyai kreatifitas alamiah
untuk menjajaki, mencari tahu, bereksplorasi, imajinatif, percaya pada diri
sendiri, mencoba mencipta hal baru dan bermain sendiri.
Pembinaan anak sejak dini merupakan upaya atau cara dalam
menentukan perkembangan kepribadian anak dalam perkembangan kecerdasan, kreatifitas dan kemampuan emosinya yang akanbermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan akan menjadi
landasan dasar bagi pembentukan kepribadiannya pada masa datang.
Menurut Budi Raharjo (2003) pembinaan anak sejak dini itu sendiri
memiliki keuntungan multi dimensional, baik secara alamiah, moral, ekonomi,
pendidikan, dan peningkatan kualitas bangsa sekalipun. Di berbagai Negara telah
banyak dikembangkan program pembinaan anak usia dini yang dapat memperbaiki
prestasi belajar serta dapat meningkatkan produktifitas kerja dan penghasilan
di masa depan guna mengurangi kemiskinan.
2. Faktor-faktor
pembinaan anak sejak dini
Ada beberapa faktor perlunya pembinaan anak sejak dini dalam meningkatkan hasil
belajar di TK, yaitu :
a.
Makin
meningkatnya ibu yang bekerja, sehingga menyebabkan para orang
tua
memberikan anaknya untuk diasuh dan dibesarkan oleh seorang pengasuh anak (baby
sister). Yang demikian tidak menjadikan pendidikan anak menjadi baik sehingga
dalam perkembangan anak kurang mendapat rangsangan yang tentunya berpengaruh
pada perkembangan seluruh indera, motorik, serta kepribadian anak.
b.
Masih adanya
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga upaya untuk menangani
pembinaan anak usia dini melalui jalur pendidikan formal hanya biasaakses
oleh golongan menengah keatas, masyarakat menengah ke bawah lebih suka langsung
menyekolahkan anaknya kejenjang sekolah dasar untuk menghemat biaya dan bahkan
kemiskinan juga yang mendorong
anak-anak untuk tidak sekolah yang menyebakan kesempatan
untuk memiliki keterampilan
serta kesempatan kerja menjadi rendah. TK hanya menjangkau kurang dari 16 %
(1,7 juta dan 12.6 juta anak usia 4 - 6 tahun) anak usia TK, sedangkan
penitipan anak dan kelompok bermain belum menjangkau anak usia di bawah 5
tahun.
c.
Masih
rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pembinaan
anak usia dini. Pemahaman umum tentang pembinaan anak usia dini masih terbatas
TK. Pemahaman itupun masih terbatas memandang TK sebagai lembaga pendidikan
persiapan masuk SD, padahal tujuan pendidikan anak usia dini lebih luas dari
sekedar itu.
Menurut peraturan pemerintah
no.27 tahun 1990 :
Pendidikan pra sekolah adalah : “untuk membantu meletakkan
dasar-dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta
yang diperlukan anak dalarn menyesuaikan diri denganlingkungannyadanuntuk pertumbuhanserta
perkembangan selanjutnya.”
3. Aspek —aspek
pembinaan anak sejak dini
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) telah menjadi
persyaratan utama bagi bangsa Indonesia untuk biasa
bersaing dalam percaturan dunia yang menglobal padamillenium
ketiga. Untuk membangun generasi penerus masa datang, maka ada beberapa aspek
yang harus dibina anak sejak dini dalam meningkatkan hasil belajar.
a.
Pemenuhan
kebutuhan gizi.
Dalam
pertumbuhan dan perkembangan gizi sangat berpengaruh bagi pertumbuhan fisik dan
otak anak. Pertumbuhan fisik anak secara cepat terjadi pada dua periode, yaitu
masa dalam kandungan terutama tiga bulan terakhir dalam kandungan sampai
berumur lima tahun, dan pada masa remaja berusia 12-14 tahun. Saat-saat gizi
juga mempengaruhi kekebalan tubuh sehingga anak yang kekurangan gizi
menyebabkan terjadinya kelambatan dalam berfikir entah hal itu dalam mengikuti
pelajaran maupun dalam berfikir lainnya, ini berarti bahwa ini akan mempengaruhi
kualitas pendidikan.
Pemberian
gizi yang baik sangat mempengaruhi perkembangan intelektual, kemampuan belajar,
perilaku dan potensi belajar. Anak yang memperoleh status gizi yang baik sejak
dini terbukti memperoleh nilai tes kognitif lebih baik dari
pada mereka yang berstatus gizi rendah. Anak yang memiliki kekurangan gizi pada
anak usia dini disamping sangat beresiko pada berbagai kondisi kesehatan, pada
umumnya mengalami gangguan kemampuan belajar, gangguan perkembangan mental, dan
perkembangan kapasitas intelektual yang sangat terbatas.
Untuk
mengatasi persoalan gizi ini agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan, maka
pembinaan anak dalam hal pemenuhan gizi sebelum masa konsepsi sudah
direncanakan, sebab masa konsepsi sampai masa kelahiran bayi apabila terjadigangguan
gizi akan mengakibatkan kerusakan atau cacat pada anak.
Ada beberapa
periode dalam daur hidup manusia memerlukan perhatian khusus
dalam pemberian gizi sehubungan dengan kemampuan intelegensia
anak :
1)
Pra-konsepsi;
masa pembinaan anak calon ibu sebelum mengandung.
2)
0 — 3 bulan
kehamilan; masa kritis janin, masa diferensiasi organ. Pemberian gizi yang
cukup dan mencegah keracunan yang bias membuat anak cacat.
3)
3 bulan
kehamilan — lahir, pemeliharaan janin dan ibu.
4)
Lahir — 2
tahun; pemberian ASI eksklusif dan pemberian MPASI serta pencegahan
malnutrisi.
5)
2 — 5 tahun:
pengenalan makanan sehat, seimbang, pembentukan awal kebiasaan makan dan
pemeliharaan ibu.
b.
Stimulasi
intelektual.
Stimulasi
pada prinsipnya biasa dilakukan hingga usia berapapun, bahkan tidak pernak berhenti
menstimulasi otak, stimulasi adalah menjadikan otak senantiasa belajar.
Senantiasa belajar akan membuat otak senantiasa terasah, dan akan terhindar
dari kepikunan.
Pada masa
usia dini memiliki keistimewaan tersendiri. Pada saat itu, otak benar-benar
sangat peka terhadap rangsangan dan lingkungan, sehingga inilah saat paling
tepat untukmenstimulasikannya. Proses berfikir pada dasarnya tidak terlepas dari
perkembangan otak. Pada anak usia dini perkembangan otaknya tidak sepesat dua
tahun pertama usianya, mereka tetap memerlukan stimulasi yang memadai, sehingga
fungsi-fungsi otak anak-anak dapat berkembang optimal.
Stimulasi
tidak akan memberikan arti apabila tidak dibarengi dengan pemberian gizi dan
kesehatan yang memadai. Dengan kata lain, pertumbuhan otak ditentukan oleh
bagaimana cara orang tua mengasuh dan memberi makan serta menstimulasi anak
pada usia dini. Dengan demikian dapat digaris bawahi bahwa stimulasi yang
integral berupa pemberian gizi yang baik, layanan kesehatan yang memadai dan
rangsangan psikososial yang tepat merupakan starting point untuk mengoptimalkan
perkembangan otak anak dan kecerdasan anak.
c.
Pemberian
pendidikan.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara katif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Pendidikan
pada anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan
fisik(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya fakir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosioemosional (sikap dan prilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Sesuai dengan
Undang-undang No.2 tahun 1989 dan peraturan pemerintah No. 27 tentang
pendidikan pra-sekolah, dalam pendidikan nasional memberikan pembinaan terhadap
taman kanak-kanak, bersama-sama departemen agama memberikan pembinaan terhadap
Raudhatul Atfal (RA), serta bersama-sama dengan departemen social memberikan
pembinaan terhadap kelompok bermain dan penitipan anak.
Dalam rangka
memberikan perhatian khusus terhadap anak di bawah usia TK dan juga anak usia
TK yang belum terlayani pada lembaga TK yang ada, maka keputusan menteri
pendidikan nasional NO. 05 1/2001 tahun 2001, "telah dibentuk direktorat
baru di lingkungan departemen pendidikan nasional yang diberi nama direktorat
Pendidikan Anak Dini Usia". (Direktorat PADU).
Kehadiran
direktorat baru ini terutama untuk memberikan layanan bimbingan dan atau
bantuan teknis edukatif yang tepat terhadap semua layanan anak dini usia
(diluar TK dan RA) yang ada di masyarakat.
4. Pengertian
hasil belajar.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna
yang terkandung dalam belajar. Disebabkan kemampuan berubah karena
belajar. Maka manusia dapat berkembang Iebih jauh dari pada makhluk-makhluk
lainnya. Dengan kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara
babas dapat mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan
penting untuk kehidupannya.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kualitas hasil proses
perkembangan manusia itu banyak ditentukan pada apa bagaimana ia belajar.
Selanjutnya, tinggi rendahnya kualitas perkembangan manusia (yang pada umumnya
merupakan hasil belajar) akan menentukan masa depan peradaban manusia itu
sendiri.
E.L. Thomdike (Syah, Muhibbin,2003) seorang pakar teori S-R Bond
meramalkan jika kemampuan belajar umat manusia dikurangi setengahnya saja maka
peradaban yang ada sekarang ini tidak berguna bagi generasi mendatang.
Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada
siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diarahkan terjadinya peningkatan dan
perkembangan yang Iebih baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu. Sikap kurang sopan menjadi sopan. (Menurut Bambang Subali dalam dunia
Pendidikan, 2005; 42) "Prestasi adalah hasil yang diperolehanak didik setelah dia melakukan suatu kegiatan”.Sedangkan (Walberg, 1981 dalam dunia Pendidikan, 2005; 46) mengemukakan hasil
belajar peserta didik ditentukan oleh banyaknya factor kemampuan dan motivasi,
jumlah dan mutu pengajaran, dan
lingkungan alamiah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu kegiatan yang mempengaruhi oleh
beberapa factor yaitu: usia, kemampuan, motivasi, dan lainnya.
5.
Meningkatkan hasil belajar
Dalam hal peningkatan hasil belajar bagi anak TK, ada banyak cara
yang selama ini ditempuh oleh banyak pendidik yang memiliki peranan panting
dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak.
a.
Mengembangkan
kreativitas.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuatkombinasi baru berdasarkan
data informasi atau unsur-unsur yangada. Arti kreativitas sebagai daya cipta,
sebagai kemampuan untukmenciptakan hal-hal yang baru. Untuk dapat menciptakan
sesuatu yang bermakna diperlukan persiapan. Masa seorang anak didik dibangku
sekolah termasuk juga merupakan pendidikan untuk mempersiapkan
agar anak dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Dalam meningkatkan hasil belajar di TK, pengembagan kreativitas
anak perlu rnenyediakan suatu lingkungan yang kayadengan stimulus, motivasi,
dorongan serta bimbingan, dan dapat menciptakan suatu kondisi
dimana anak mendapatkan sebuah respon yang positif secara beruntun untuk setiap
perilakunya yang tentunya akan melahirkan sesuatu yang orisional.
Selo Sumarjan (Suryadi ; 2006, 92) menyatakan kreativitas berasal
dan kata to create yang berarti mengarang atau membuat sesuatu yang berbeda
bentuk, susunan, atau gaya dari pada yang lazim dikenal banyak orang.
Anak usia dini dalam prilakunya memiliki ciri-ciri kreatif. Mereka
memiliki apa yang disebut kreativitas alamiah. Oleh karena itu, kreativitas
alamiah ini harus dibimbing dan diarahkan agar dapat berkembang secara optimal.
Utamai Munandar (Suryadi 2006; 94) mengatakan :
Bahwa usia
dini adalah masa yang sangat subur untuk mengembangkan kreativitas anak dan masa
yang kritis untuk pengembangan kreativitas serta proses-proses intelektual
lainnya. Disamping itu masa inilah otak anak berkembang dengan baik bila
keseimbangan fungsi otak terjaga.
Untuk mengembangkan kreativitas anak sejak dini, aspekaspek yang
perlu diperhatikan antara lain :
Ø Aspekkemampuankognitif,dimana anak
dapatmengembangkan kemampuan berfikimya untuk berfikir secara divergen, yaitu
kemampuan untuk memikirkan berbagai altemative pemecahan suatu masalah.
Ø Aspek penginderaan, dimana anak dapat menemukan sesuatu yang tidak
dapat dilihat atau diperkirakan orang lain.
Ø Aspek kecerdasan emosi, aspek ini berkaitan dengan keuletan,
kesabaran dan berbagai masalah perkembangan kreatifitas pada diri anak.
b.
Menanamkan
motivasi belajar.
Untuk meningkatkan hasil belajar anak TK, motivasi memiliki
peranan tersendiri. Motivasi belajar menawarkan semangat dan penguatan belajar
anak. Artinya kadang kala anak tidak punya motivasi untuk belajar seindah
apapun media sebagai alat Bantu atau buku sekalipun tidak akan menarik
perhatian anak bila tidak ada motivasi. Oleh karena itu melalui motivasi
belajar muncul segudang keingintahuan sehingga pengetahuan mudah diperoleh.
Sadar akan kebermaknaan motivasi, maka sudah sewajarnyalah
anak-anak dikondisikan sejak dini untuk diberdayakan sehingga keberadaannya
sebagai subyek dan segala aktivitas yang terkait dengan pengembangan dirinya.
Kalau perlu sejak awal anak diajak terlibat dalam mengembangkan program
pembelajaran di kelas yang sesuai dengan kebutuhannya dan kondisi dukungan yang
memungkinkan terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik dan menggairahkan
siswa, sehingga anak merasa berkepentingan sekali terhadap aktivitas itu. Dalam
Konteks ini terjadilah semacam kontak belajar, kondisi ini akan lebih mengikat
anak untuk menjaga keberadaan program dan partisipasinya dalam pembelajaran,
tentu saja posisi guru hams menempatkan dirinya sebagai pasilitator, pendorong
danpendukung
yang mampu menjalankan kegiatan belajar itu sebagai aktivitas yang produktif
dan media untuk berlatih dalam memecahkan persoalan akademik khususnya dan
persoalan kehidupan pada umumnya.
Kemauan yang baik dan nasehat guru secara terus-menerus perlu dibangun adalah
membangun motivasi intelektual anak yang memungkinkan anak dapat mencapai
kemandirin dalam kehidupannya. Untuk itu guru seyogyanya secara terus-menerus
membimbing anak untuk mencoba belajar mengidentifikasi berbagai persoalan,
sehingga anak dapat dengan sendirinya memiliki keterampilan yang handal untuk
menemukan dan memecahkan masalah baik yang datangnya dari diri sendiri maupun
dari lingkungan social dan fisiknya.
Dengan motivasi belajar akan menemukan tujuan belajar, karena
tujuan belajar telah jelas maka tujuan itu dapat meningkatkan hasil belajar.
Bukan itu saja motivasi juga pada prinsipnya memiliki peluang besar dalam
menentukan ketekunan belajar. Ketika seseorang tidak memiliki ketekunan maka
tidak akan tahan lama belajar yang kemudian implikasinya adalah hasil kurang
maksimal, lagipula dia akan mudah/cepat tergoda untuk melakukan hal lain dan
bukan belajar.
c.
Menciptakan
kondisi belajar yang baik.
Kunci menuju kebermaknaan belajar menyangkut hubungan yang erat
antara bahan baru dengan ide atau pengetahuan yangtelah ada dalam pikiran anak.
Dengan kata lain apa yang telah diketahui anak dengan bahan yang diajarkan.
Belajar yang mengandung makna atau diistilahkan dengan
meaningifull learning tergantung pada dua hal yaitu; anak didik dan materi itu
sendiri, bila anak didik memilihnya dengan cara yang benar dan bila materi
secara potensial mengandung makna, maka peristiwa belajar yang bermakna
menuntut kondisi kesiapan belajar untuk memahami dan mengaitkan pada bahan yang
diajarkan, bukan menghafal secara verbal.
Pada saat anak mulai berkenalan dengan pelajaran di sekolah
pengalaman sebelumnya turut berpengaruh, pengaruh factor diluar sekolah ini
akan tetap besar karena dalam kenyataan seorang anak berada di lingkungan
sekolah hanya sebentar dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain hanyalah sebahagian dan pengalaman belajar secara
keseluruhan. Namun karena pengalaman di sekolah ini lebih sistematis dan
terencanakan, pengaruhnya lebih nampak dan sangat riil.
Kondisi belajar yang baik dan bermakna sebenarnya tidaklah begitu
sulit apabila anak memiliki motivasi dan semangat belajar yang baik. Apalagi
kalau didukung oleh pendekatan mengajar yang dilakukan oleh guru sesuai dengan
subtansi atau cocok dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar
mengajar tersebut, Artinya proses belajar nampak baik danbermakna jika
pendekatan pengajaran juga dengan pendekatan kebermaknaan. Sehingga akan
tercipta semangat belajar dan keinginan untuk mencari jawaban dan semakin
banyak pertanyaan yang muncul dalam ide-ide anak sendiri.
Apabila kondisi belajar yang diharapkan ini terwujud maka
kompetensi belajar anak dalam hal ini anak TK akan semakin meningkat dan
bermutu sehingga dengan sendirinya hasil belajar anak semakin meningkat pula
yang tentunya sangat erat pengaruhnya terhadap kemampuan dan kekuatan belajar
anak.
B. Peranan
Keluarga dalam Pembinaan Anak Sejak Dini.
1.
Pentingnya
peran keluarga dalam pembinaan anak sejak dini.
Pembinaan anak untuk mengantarkan mereka menjadi manusia seutuhnya
merupakan tanggung jawab masyarakat bersama pemerintah. Masyarakat dalam hal
ini keluarga yang merupakan penanggung jawab utama dalam mengoptimalkan
tumbuh-kembang anaknya.
Upaya untuk merangsang, membimbing anak usia dini selama periode
adalah menjadi tanggung jawab keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama
dan utama. Dalam keluarga, orang tua adalah orang yang pertama dan utama serta
mempunyai peranan penting dalam perkembangan seluruh potensi dasar anak usia
dini. Orang tua pulalah yang pertama kali memberikan berbagai rangsangan,
bimbingan, dan pendidikan, baik yang berdampak positif maupun yang negatif bagi
tumbuh kembang anak. Dalamkeluarga anak melakukan proses imitasi, identifikasi serta pengolahan
sikap dan
prilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang yang berada dalam
Iingkungan keluarga yang bersangkutan.
Pada masa usia dini orang tua dan keluargalah yang harus menjadi
sekolah bagi anak-anaknya. Kedua orangtua yang seharusnya
merencanakan dan menyepakati pendidikan apa saja yang harus diberikan kepada
anak pada masa ini sehingga keluargalah yang semestinya menjadi tempat yang
paling tepat sebagai institusi pelaksanaannya. Karena orang tua adalah sosok
yang sangat dekat dan yang pertama kali berinteraksi dengan anak, bahkan sejak
anak dalam kandungan ibu sudah mulai mempengaruhi pisik dan mentalnya dan
ketika anak lahir dan ibu pulalah yang mengoreskan warna dalam lembar-lembar
kupingnya untuk pertama kali, maka semestinya ibu juga yang paling tepat untuk
melaksanakan tugas pendidikan pada masa ini. Predikat ini mengidenttfikasikan
betapa esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam pembinaan anak
sejak dini.
Pandangan yang sangat menghargai posisi dan peran keluarga
sebenamya bukan merupakan sesuatu yang istimewa. Pandangan seperti ini sangat
logis dan mudah dipahami karena beberapa alasan berikut ini yaitu :
a.
Keluarga
lazimnya merupakan pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan kepada
anak. Begitu anak lahir, lazimnya pihak keluargalah yang langsung menyambut dan
memberikan layanan interaktif kepada anak. Hal ini diwujudkan dalam bentuk
memberi rangsangan berupa kehangatan dan cinta kasih yang tulus, memberi
pengalaman dengan menggunakan inderanya (penglihatan, pendengaran, perasa,
peraba, pencium), interaksi melalui sentuhan, pelukan, senyuman, nyanyian,
mendengarkan dengan penuh perhatian, menanggapi ocehan anak, mengajak
bercakap-cakap dengan suara yang lembut dan memberi rasa aman.
Sentuhan-sentuhan tersebut sangat membantu dalam menstimulasi otak untuk
menghasilkan hormon yang diperlukan dalam perkembangan. Pengalaman hidup pada
masa awal ini akan menjadi pondasi bagi proses perkembangan dan pembelajaran
anak selanjutnya. Freud (Ali Amin, 2003) meyakini bahwa masa balita adalah masa
terbentuknya struktur kepribadian, sedangkan Goleman dalam Alia Amin (2003)
memandang masa balita sebagai masa emas bagi perkembangan kecerdasan emosional.
Pandangan-pandangan tersebut mengimplikasikan bahwa perlakuan-perlakuan pada
awal masa kehidupan, dan itu terjadi dalam keluarga, sangat memegang peran
kunci dalam pembentukan struktur dasar kepribadian seseorang.
b.
Sebagian
besar waktu anak lazimnya dihabiskan dilingkungan keluarga. Besarnya peluang
dan kesempatan interaksi ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
anak itu jika kesempatan yang banyak diisi hal-hal yang bermakna dan posistif
baik tumbuh kembang anak, maka kecenderungan pengaruhnyaakan positif. Tetapi
kalau kesempatan yang banyak itu disiasiakan, apalagi diisi dengan hal yang
tidak mendukung tumbuh kembang anak, maka pengaruhnya bias menjadi sangat lain.
c.
Karakteristik
hubungan orang tua berbeda dan hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya (guru,
teman, dan sebagainya). Kepada orang tua, disamping anak memiliki
ketergantungan secara materi, ia juga memiliki ikatan psikologis tertentu yang
sejak dalam kandungan sudah dibangun melalui jalinan kasih sayang dan
pengaruh-pengaruh normatof tertentu. Kualitas hubungan psikologis ini tidak
dimiliki anak dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk dengan guru.
2.
Pengaruh
peranan keluarga terhadap pembinaan anak sejak dini.
Tampaknya sangat sulit untuk memilah-milah
perilaku-perilaku apa yang dipengaruhi oleh lingkungan lainnya. Secar teoritis,
kita bisa saja merumuskan formulasi matematis untuk menghitung bobot pengaruh
dan setiap lingkungan tersebut. Namun secara praktis, kita akan sangat sulit
untuk mencari angka-angka nyata yang diperlukan untuk mengisi formulasi
matematis tersebut.
Sesungguhnya anak bagikan “radar” yang dapat menangkap
setiap objek yang ada disekitamya. Perilaku itu adalah kesan pertama yang
ditangkap anak. Apabila seorang ibu memiliki kepribadian yang agung dan tingkat
ketaqwaan yang tinggi maka kesan pertama yang masuk kedalam benak anak adalah
kesan yang baik. Kesan yang baikini menjadi landasan yang kokoh bagi
perkembangan anak kearah ideal yang diinginkan .
Disamping itu, anak juga membutuhkan figure contoh dalam
mewujudkan nilai-nilai yang ditanamkan kepadanya selama proses belajar di masa
kanak-kanak, sebab akal anak belum mampu menerjemahkan sendiri wujud
nilai-nilai kehidupan yang diajarkan kepadanya. Kekuatan figure ibu juga akan
membuat anak mampu menyaring apa-apa yang boleh dan tidak boleh diambil dari
lingkungannya. Karena anak akan menjadi apa yang diterima dari ibunya sebagai
standar nilai.
Menjadi model pelaksanaan bagi anak-anak bukan suatu pilihan
bebas, tetapi merupakan suatu yang tak terelakkan sebagai orang tua/pendidik.
Ini adalah kenyataan hidup, yang menjadi teladan mereka setiap hari. Oleh
karena itu, kita hendaknya berhati-hati dalam berkata-kata, bersikap dan
bertingkah laku dihadapan anak-anak.
Radin (Ali Amin, 2003) menjelaskan 6 kemungkinan cara yang dilakukan
orang tua dalam mempengaruhi anak yaitu :
1.
Permodelan
perilaku (modeling mining behaviors). Baik disengaja atau tidak orang tua
dengan sendirinya akan menjadi model akan anknya. Cara dan gaya orang tua
berperilaku akan menjadi subyek imitasi bagi anak. Tidak hanya yang baik-baik
saja yang diterima anak, tetapi sifat-sifat yang jeleknya pun akan dilihat.
Jika orang tua berperilaku kasar dalam berinteraksi dengan lingkungan rumahnya
(berbicara kasar, marah-marah secara berlebihan, menggunakanhukum fisik, dan
sejenisnya), maka kecenderungan anak-anaknya berperilaku seperti itu sangat
besar. Sebaliknya, kalau orang tua berperilaku dan berkata-kata lemah lembut
hingga hampir tidak marah-marah dan kekerasan, maka anak-anaknya juga cenderung
berperilaku demikian.
2.
Memberikan
ganjaran dan hukuman (giving rewards and punish ments). Orang tua mempengaruhi
anaknya dengan cara memberi hukuman terhadap perilaku tertentu yang dilakukan
oleh anaknya dan memberi hukuman terhadap perilaku lainnya. Seorang anak yang
mendapat rangking 1, mendapat pujian dari orang tuanya, sementara anak yang
tidak pemah belajar mendapat teguran dari orang tuanya.
3.
Perintah
langsung (tirect instruction). Kadang-kadang orang tua secara sederhana
mengatakan kepada anak seperti berikut “Jangan malas belajar”,”jangan suka
coret-coret tembok!” dari perintah-perintah seperti ini anak sering mengambil
pelajaran tertentu sehingga bisa lebih memahami harapan-harapan dan keinginan
orang tuanya.
4.
Menyatakan
peraturan-peraturan (stating ules). Secara berulang-ulang orang tua sering
menyatakan peraturan-peraturan umumyang berlaku di rumah, meskipun hal ini
sering dinyatakan secara tidak tertulis. Dengan cara ini, anak didorong untuk
melihat perilakunya apakah sudah benar atau belum melalui perbandingan dengan
peraturan-peraturan tersebut.
5.
Nalar
(ceasoning). Pada saat-saat menjengkelkan orang tua sering menyatakan kapasitas
anak untuk bemalar, dan cara itu digunakan orang tua untuk mempengaruhi
anaknya, sebagai contoh, orang tua bisa mengingatkan anaknya tentang
kesenjangan perilaku dengan nilai-nilai yang dianut melalui pertanyaan berikut:
“apakah memukul teman itu merupakan pekerjaan yang baik?”
6.
Menyediakan
fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana(propiding materials and setting).
Orang tua dapat mempengaruhiperilaku anak dengan mengontrol fasilitas atau
bahan-bahan danadegan suasana misalnya, untuk menciptakan suasana
yangmenimbulkan minat belajar anak, orang tua membelikan buku-bukuyang diminati
anak dari pada memberikan pistol-pistolan.
Dari enam diatas merupakan khusus milik orang tua. Karena itu
bagaimana hubungan orang tua itu berbeda dari guru atau orang Iainnya bukan
hanya terletak pada cara mempengaruhi anak tetapi juga tergantung pada
bagaimana orang tua dan anak memandang hubungan itu. Disinilah pentingnya ada
kesamaan persepsi antara orang tua dan anak tentang hubungan yang berlangsung.
C. Pentingnya
Pembinaan Anak Usia Dini dalam Meningkatkan Hasil Belajar di TK.
Upaya menangani anak, membuat kualitasnya demi perbaikan generasi
sebuah bangsa secara optimal harus dimulai dan usia dinimerupakan masa
keemasan bagi anak untuk memperoleh prosespendidikan. Pada masa ini, anak memiliki potensi fitrah, bisa
diarahkan menjadi apa saja terserah kepada orang tuanya.
Pentingnya pembinaan anak usia dini dapat meningkatkan prestasi belajar
serta dapat meningkatkan produktifitas kerja dan penghasilan di masa depan juga
dapat mengurangi ketergantungannya pada pelayanan kesehatan
dan social.
Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak. Untuk
mengenali berbagai macam fakta dilingkungan sebagai stimulasi terhadap
perkembangan psikomotrik, kognitif maupun sosialnya, periode ini merupakan
periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh sangat berpengaruh
terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa remaja.
Sinergi berbagai unsur yang berkepentingan dalam pembinaan anak
merupakan kunci keberhasilan upaya pembinaan anak. Apalagi pemberlakuan otonomi
daerah. Pemerintah diharuskan untuk memperluas jaringan kemitraan karena
pemerintah bukan lagi penentu tujuan pendidikan. Jaringan kemitraan merupakan
kunci efisien dan efektifitas penyelenggaraan program pendidikan, dimana selama
ini tumpang tindih dengan program pembinaannya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan yang ada diatas, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa :
Pembinaan anak sejak dini merupakan upaya atau cara
menentukan perkembangan kepribadian anak dalam perkembangan kecerdasan,
kreatifitas dan kemampuan emosinya yang akan bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas hidupnya dan menjadi landasan bagi pembentukan kepribadiannya pada
masa yang akan datang.
Upaya untuk merangsang, membimbing, dan mendidik tumbuh kembang
anak usia dini selama periode keemasan adalah tanggung jawab keluarga sebagai
lembaga pendidikan pertama dan utama. Dalam keluarga, orang tua adalah orang
yang pertama dan utama serta rnempunyai peranan penting dalam perkembangan
seluruh potensi anak usia dini. Orang tua pulalah yang pertama kali yang
memberikan rangsangan, bimbingan, dan pendidikan baik yang berdampak positif
maupun negative bagi tumbuh kembang anak.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia telah
menjadi persyaratan utama bagi bangsa Indonesia untuk bisa bersaing dalam
percaturan dunia yang mengglobalpada millennium ketiga. Untuk
membangun generasi penerus masa yang akan datang, ada beberapa aspek yang harus
dibina pada anak sejak dini dalam meningkatkan hasilbelajar yaitupemenuhan kebutuhan gizi, pemberian stimulasi intelektualdan pemberian pendidikan.
Upayamenanganianak membuat kualitasnya demi perbaikan generasi
sebuah bangsa secara optimal harus dimulai dari usia dini. pentingnya pembinaan anak usia dini dapat memperbaiki prestasi belajar
dalammeningkatkan hasil belajar di TK. Serta dapat meningkatkan produktifitas
kerja dan penghasilan di masa depan. Juga dapat mengurangi
ketergantungan pada pelayanan kesehatan dan social.
B. Saran-saran
1.
Perlunya
program pembinaan bagi keluarga yang mempunyai anak usia dini sehingga anak
tersebut mendapat pengasuhan yang lebih baik dan keluarganya. Program yang
telah ada selama ini perlu dibina dan dikembangkan secara efektif dan efisien.
2.
Kesadaran
untuk meningkatkan hasil belajar di TK, marilah kita memahami perlunya
mengembangkan kecerdasan dan kreatifitas serta menanamkan motivasi belajar
khususnya pada usia dini.
3.
Upaya
menangani anak, membuat kualitasnya demi perbaikan generasi sebuah bangsa
secara optimal harus dimulai dari usia dini. Pentingnya pembinaan anak usia
dini dapat memperbaiki prestasi belajar dalam membangkitkan hasil belajar di
TK.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Amin 2003, Perkembangan
Pembelajaran Peserta Didik, Pare-pare.
PGSD D-II, UNM.
Afra,Afifah
dan Supriyanto Ahmad 2006, Mengukir Cinta
di Lembar Putih, Surakarta; AFRA Publising.
Budi, Raharjo, 2003, Peranan
keluarga Mendidik Anak Usia Dini (Online) Vol.2 No. 3 www Budi Raharjo.com (diakses 25 April 2007)
Depdiknas, 2003 UU RI No. 20 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya, Jakarta; Diperbanyak oleh
cemerlang.
Dunia Pendidikan, 15 Pebruari -14 Maret 2005, Peranan Orangtua Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar, HIm.42.
15 Pebruari -14 Maret 2005, Tugas
dan Peranan Guru dalamMengelola Kelas untuk Meningkatkan Prestasi Belajar, Him.
46.
Jalal, Fasli 2003, Stimulasi
Otak untuk Mengoptimalkan Kecerdasan Anak.
Buletin Padu. Edisi 02 (6-12) .Jumal.
Peraturan pemerintah, 1990 No. 27, Tentang Pendidikan Pra Sekolah, Jakarta. Diperbanyak oleh
Cemerlang.
Sardinian, 2004, Interaksi
dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soedarjto, 15 Agustus — 14 September 2004. Pembinaan Anak sejak Dini tentukan Mutu Hasil Belajar. Dunia
Pendidikan. Him. 7
Suryadi,
2006, Kiat Jitu Dalarn Mendidik Anak, Jakarta:
Edsa Mahkota.
Syah,
Muhibbin.2003 Psikologi Belajar,
Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
No comments:
Post a Comment